Kamis, 26 Mei 2011
Selasa, 10 Mei 2011
CUSTOMER BUYING BEHAVIOR
CUSTOMER BUYING BEHAVIOR
Pedagang eceran diklasifikasikan sebagai pengusaha yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaan utamanya adalah melakukan usaha perdagangan, dengan cara sebagai berikut:
a. menyerahkan Barang Kena Pajak melalui suatu tempat penjualan eceran seperti toko, kios, atau dengan cara penjualan yang dilakukan langsung kepada konsumen akhir, atau dengan cara penjualan yang dilakukan dari rumah ke rumah;
b. menyediakan Barang Kena Pajak yang diserahkan di tempat penjualan secara eceran tersebut; dan
c. melakukan transaksi jual beli secara spontan tanpa didahului dengan penawaran tertulis, kontrak atau lelang dan pada umumnya bersifat tunai, dan pembeli pada umumnya datang ke tempat penjualan tersebut langsung membawa Barang Kena Pajak yang dibelinya.
Ketiga karakter diatas bersifat kumulatif, artinya jika salah satu karakter tidak terpenuhi maka tidak dapat diklasifikasikan sebagai pedagang eceran. Dengan demikian, tidak semua pengusaha yang melakukan kegiatan perdagangan dapat dikategorikan sebagai pedagang eceran.
Pedagang eceran dalam UU PPN hanya terkait dengan penyerahan BKP (Barang Kena Pajak) saja. Hal ini berbeda dengan karakteristik pedagang eceran yang diatur dalam PPh.
Karakteristik pedagang eceran dalam PPh mempunyai lingkup pengertian yang lebih luas dibanding dalam PPN. Dalam ruang lingkup PPh, pedagang eceran tidak hanya terbatas pada pedagang eceran saja, tetapi juga pedagang grosir dan orang pribadi yang melakukan penyerahan jasa. Pengertian pedagang eceran versi PPh biasa disebut Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP OPPT). Dalam lingkup PPN, WP OPPT yang melakukan penyerahan jasa tidak dapat diklasifikasikan sebagai pedagang eceran.
Pedagang eceran yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran (PKP PE) yang memiliki omset kurang dari Rp. 1,8 miliar setahun bisa memilih menggunakan mekanisme Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan untuk menghitung besarnya PPN terutang di setiap masa. Namun jika omsetnya sudah lebih dari Rp. 1,8 miliar setahun sudah harus menggunakan mekanisme Pajak Keluaran dikurangi Pajak Masukan (PK-PM).
Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan yang dihitung menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan adalah sebesar:
a. 60% (enam puluh persen) dari Pajak Keluaran untuk penyerahan JKP; atau
b. 70% (tujuh puluh persen) dari Pajak Keluaran untuk penyerahan BKP.
(cara penghitungan ini tidak wajib dilakukan, boleh memilih mekanisme PK-PM).
Tujuan dari pemasaran adalah untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan secara lebih baik dari pada pesaing. Perilaku konsumen merupakan studi tentang cara individu, kelompok, organisasi dalam menyeleksi, membeli, menggunakan, dan mendisposisikan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.
Studi konsumen memberikan petunjuk untuk memperbaiki dan memperkenalkan produk atau jasa, menetapkan harga, perencanaan saluran, menyusun pesan, dan mengembangkan kegiatan pemasaran lain termasuk dalam mengetahui perilaku konsumen.
Pemasar harus sepenuhnya memahami teori maupun realitas perilaku konsumen, mencakup beberapa fakta penting tentang konsumen dan tren konsumen masa depan, seperti PT. Toyota-Astra Motor dengan mulai menganalisa pasar dengan perencanaan tren mobil keluarga ideal terbaik Indonesia.
Perilaku pembelian konsumen sebenarnya di pengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Sedangkan faktor yang paling berpengaruh dan paling luas dan paling dalam adalah faktor budaya.
Faktorsosial
Selain faktor budaya, perilaku konsumen di pengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok acuan, keluarga, peran, dan status sosial. Kelompok acuan terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut.
Keluarga meruapkan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh.
Peran dan status sosial seseorang menunjukkan kedudukan orang itu setiap kelompok sosial yang ia tempati. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status.
Contoh, seorang yang memiliki peran sebagai manajer dan status yang lebih tinggi dari pegawai kantor, dimana ia juga memiliki banyak keluarga dan anak, tentu ia akan tertarik dengan produk mobil dari Toyota, karena ada kesesuaian antara kebutuhan dan keunggulan Toyota sebagai mobil keluarga ideal terbaik Indonesia, ia bahkan juga bisa membeli pakaian mahal dan juga keluarganya, membeli rumah besar untuk keluarganya dan lain-lain.
Biasanya para pedagang memiliki strategi-strategi agar para pengunjung tertarik kepada barang-barang yang dijual oleh pedagang misalnya barang berkualitas harganya miring (terjangkau),barangnya menarik sehingga para pengunjung selalu berkunjung ke pedagang tersebut
Segmentasi pasar adalah pembagian suatu pasar yang heterogen kedalam satuan-satuan pembeli yang homogen, dimana kepada setiap satuan pembeli yang homogen tersebut dijadikan sasaran pasar yang dicapai dengan marketing mix tersendiri. Dengan demikian yang semula pasarnya satu dan luas,kemudian dibagi-bagi atau disegmentasi oleh pemasar menjadi beberapa bagian pasar yang sifatnya homogen. Homogenitas pasar tersebut dicari dan ditentukan sendiri oleh pihak pemasar.
Variabel-variabel yang berbeda dipergunakan untuk membentuk segmen pasar konumen. Variabel-variabel tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok besar. Beberapa peneliti mencoba membentuk segmen dengan melihat pada karakteistik/sifat konsumen. Pada umumnya mereka menggunakan segmen demografis, geografis dan psikografis. Kemudian mereka menguji apakah konsumen ini menunjukkan respon produk atau kebutuhan yang berbeda? Sebagai contoh mereka mungkin menguji perbedaan sikap dari para professional kerah baju (blue collars), dan kelompok lain dengan mengatakan : keselamatan (safety) sebagai manfaat mobil.
Begitu segmen dibentuk peneliti melihat apakah perbedaan karakteristik konsumen terkait dengan respon konsumen pada setiap segmen.
Untuk mengadakan segmentasi pasar dapat ditempuh dengan beberapa cara yang berbeda. Metode tersebut juga dapat berbeda antara suatu produk ke produk lainnya. Salah satu cara dalam mengadakan segmentasi pasar adalah dengan membagi segmen pasar berdasarkan sembilan kategori berikut :
1.Geografi
Segmentasi geografi akan membagi pasar ke dalam beberapa bagian geografi yang berbeda-beda seperti negara, negara bagian, wilayah, kota, dan desa. Perusahaan akan beroperasi pada satu atau beberapa area geografi yang dipandang potensial dan menguntungkan.
2.Demografi
Dalam segmentasi demografi, pasar dibagi menjadi grup-grup dengan dasar pembagian seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendekatan, tingkat pendidikan, dan agama. Setidaknya ada lima alasan mengapa pendekatan demografi ini hampir selalu disertakan, antara lain adalah informasi demografi adalah informasi yang mudah dijangkau dan relatif lebih murah untuk mengidentifikasikan target market, informasi demografi memberikan insight tentang trend yang sedang terjadi, meski tidak dapat untuk meramalkan perilaku konsumen, demografi dapat dilihat untuk melihat perubahan permintaan aneka produk dan yang terakhir demografi dapat digunakanuntukmengevaluasikampanye-kampanyepemasaran.
3.Psikografi
Ciri-ciri psikologis berkenaan dengan inner atau kualitas intrinsic dari consumer individual. Strategi segmentasi konsumen kadang-kadang didasarkan pada variabel psikologis yang spesifik.
Konsumen dapat dibagi menurut demografi tetapi seringkali ini tidaklah cukup. Perusahaan ingin tahu lebih jauh apa sebenarnya yang membuat orang-orang yang memiliki usia, penghasilan, pendapatan dan pendidikan yang sama berbeda dalam merespon suatu stimuli pemasaran. Dalam segmentasi psikografis, perilaku konsumen diobservasi melalui kelas sosial (social class), gaya hidup (lifestyle), nilai-nilai kehidupan yang dianut (value) dan kepribadian (personality).
4. Sosiocultural
Variabel sosiologis (kelompok) dan antropologis (budaya) merupakan variabel sosiokultural, meyediakan dasar lebih lanjut untuk segmentasi pasar. Untuk segmen pasar yang sukses dibagi lagi dalam segmen sesuai dengan tahap pada :
- Daur hidup keluarga
- Kelas sosial
- Budaya dan sub budaya dan
- Lintas budaya atau segmentasi pemasaran global
Minggu, 17 April 2011
Senin, 28 Maret 2011
RETAILING STRATEGY & ETHICAL DECISION
Waralaba (franchise) sebenarnya merupakan suatu sistem bisnis yang telah lama dikenal oleh dunia, dimana untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh perusahaan mesin jahit Singer di Amerika Serikat, pada tahun l851, yang kemudian diikuti oleh General Motors Industry pada tahun l898.
Dalam perkembangannya, sistem bisnis ini mengalami berbagai penyempurnaan terutama di tahun l950-an yang kemudian dikenal menjadi waralaba sebagai format bisnis (business format) atau sering pula disebut sebagai waralaba generasi kedua. Perkembangan sistem waralaba yang demikian pesat terutama di negeri asalnya, Amerika Serikat menyebabkan waralaba digemari sebagai suatu sistem bisnis diberbagai bidang usaha, mencapai 35 persen dari keseluruhan usaha ritel yang ada di AS. Sedangkan di Kerajaan Inggris (UK) berkembangnya waralaba dirintis oleh J Lyons melalui usahanya Wimpyand Golden Egg, pada dekade 60-an.
Format bisnis waralaba memang tak dapat dipungkiri eksistensinya dan digemari oleh pengusaha-pengusaha mengingat kecilnya risiko kegagalan yang mungkin timbul dalam menjalankan usaha khususnya bagi pengusaha-pengusaha pemula. Bahkan dibanyak negara, kegagalan usaha yang mempergunakan format bisnis waralaba prosentasenya tidak lebih dari satu digit.
Di Indonesia, waralaba sebagai format bisnis mulai dikenal pada awal dekade 80-an, seiring masuknya waralaba asing disektor usaha rumah makan siap saji (fast food chain restaurant) antara lain, KFC, Pioneer Take Out, Texas Church, dan lain-lainnya. Jaringan bisnis ini berkembang sangat pesat dalam waktu yang singkat, bahkan menurut data di Deperindag RI hingga tahun l997 (sebelum terjadinya Krisis Moneter) telah terdaftar lebih dari 250 perusahaan sebagai penerima waralaba (franchisee) dari suatu waralaba asing.
Dewasa ini waralaba semakin menjamur, salah satunya adalah alfamart, sebuah waralaba yang melayani produk eceran guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Dikemas dengan tempat yang nyaman, ruangan ber-AC, tempat yang bersih, dan pelayanan yang baik, Biasanya dalam menarik konsumen alfamart seringkali melakukan promosi-promosi seperti mendiskon harga barang-barang yang dijualnya. Pelayanan yang baik dan cukup memuaskanpun akan menarik datangnya konsumen. Selain itu sarana dan prasarana yang memadai seperti lapangan parkir yang luas dan cukup aman, serta alfamart juga membuat program yang disebut Unit Kegiatan Masyarakat (UKM) yang menyewakan lahan untuk menjual dagangan seperti corner juice, kebab, dll. Hal itu dapat menarik konsumen untuk berbelanja.
Sebenarnya selain Alfamart dan Indomaret masih banyak pemain minimarket lain. Sebut saja Circle K, Starmart, Yomart, AMPM, dan beberapa nama lainnya (termasuk pemain lokal). Namun, yang tampak di mata masyarakat adalah adu kuat antara Alfamart dan Indomaret. Maklum, kedua merek minimarket ini sangat agresif menggarap pasar hingga ke kawasan perumahan. Saking ketatnya bersaing, mereka seperti tak peduli dengan kedekatan lokasi toko. Dalam radius 10 meter, gampang sekali dijumpai toko Alfamart berhadapan dengan Indomaret. Malahan, di beberapa tempat ada satu gerai Indomaret diapit dua Alfamart. Boleh jadi ini jurus Alfamart untuk menekan Indomaret yang rata-rata gerainya lebih luas dibanding Alfamart.
Alfamart . Saat ini sudah mencapai lebih dari 2.779 gerai seperti hendak mengimbangi pertumbuhan jumlah gerai Indomaret- pesaing utamanya yang juga tumbuh pesat.
Indomaret pun tak mau kalah set dari Alfamart. Tak puas dengan 3.134 gerainya, tahun ini Indomaret berencana menambah sekitar 900 gerai lagi. Target itu mengalami kenaikan lebih- kurang 250 gerai dibanding tahun 2008 yang penambahan gerainya berkisar 650 toko. “Kami akan teruskan ke Aceh. Jadi, tahun ini total gerai kami akan menjadi 4.000 an toko. Kami buka di Palembang dan Bali, “ujar Laurensius Tirta Widjaja, Direktur Pemasaran PT Indomarco Prismatama (IP), pengelola jaringan minimarket Indomaret. Saat ini gerai Indomaret di Bali mencapai 50 toko dan di Medan 42 toko. Lauren mengklaim pihaknya adalah pionir di kedua wilayah itu.
Alfamart bertekad meningkatkan porsi waralabanya dari 23 % menjadi 30 %, sehingga member peluang lebih besar pada investor untuk membesarkan Alfamart hingga ke pelosok.
Dalam hal penentuan lokasi gerai Indomaret, metodenya relative fleksibel. Di Jakarta misalnya, diplot dulu daerah utara, selatan, barat dan timur. Kemudian dipilah lagi per kecamatan dan kabupaten. Nah, di tiap kecamatan dibuka kesempatan pembukaan dua-tiga toko. Bila dalam perkembangannya kinerja gerai-gerai itu bagus, akan ditambah lagi kesempatan pembukaan gerai lainnya. Kendati begitu, manajemen IP tidak asal buka saja, tapi bernegosiasi dulu dengan pemilik waralaba Indomaret yang lama di daerah itu, akankah layak atau tidak apabila ditambah gerai baru lagi.
Lauren menambahkan sekarang banyak gerai Indomaret yang jaraknya sangat dekat dengan pesaing terdekatnya. “Tapi, bukan kami sesumbar lho. Toko kami tidak bisa head to head dengan satu toko. Sebab mind set orang, Indomaret sudah besar, sehingga tidak bisa satu-satu. Akibatnya, kompetitor membuka dua-tiga toko untuk bersaing dengan satu toko kami,“ ungkapnya. “Kalau kami ikut membalas dengan membuka banyak gerai, itu kan namanya kanibalisme dan tidak efisien. Kami harus lebih smart dalam hal itu. Apalagi ini bisnis waralaba. Jadi kami punya perhitungan skala ekonominya,“ Lauren menjelaskan.
Meningkatkan pola kerja sama waralaba adalah strategi lain yang dilancarkan minimarket untuk ekspansi. Dalam hal ini Alfamart bertekad meningkatkan porsi waralabanya dari 23% menjadi 30%, sehingga memberi peluang lebih besar pada investor untuk membesarkan Alfamart hingga ke pelosok. Adapun Indomaret mengaku hendak meningkatkan inovasi produknya. Salah satunya kini dikembangkan dalah meluncurkan kartu multifungsi. Smart card ini tidak hanya berfungsi untuk belanja, tapi juga untuk membayar tagihan telepon, listrik, cicilan motor dan mobil. Sekadar mengingatkan, saat ini jaringan Indomaret yang menggunakan system waralaba berjumlah 1.300 gerai. Dengan nilai investasi Rp. 250-300 Juta pergerai, Lauren menilai, bisnis waralaba ini tidak main-main. Investor dan manajemen IP sendiri mengaku serius mengelolanya, sehingga tingkat kegagalan sebagaimana diklaim Lauren 5%.
Perkembangan yang menarik juga bisa dilihat dari sisi merek produk yang dijajakan. Rupanya tak hanya hypermarket yang jeli membuat private label. Pengelola Jaringan minimarket pun mengembangkan private label untuk menambah portofolio produknya dengan harga miring dibanding produk serupa dari merek-merek terkenal. “kami juga punya produk dengan merek sendiri, tapi angkanya masih terbilang kecil. Yaitu sekitar 4 % dari total stock keeping unit yang jumlahya mencapai 5 ribu item,“ ujar Heryanto.
Di luar bisnis utamanya, kalangan minimarket juga cukup kreatif mengoptimalkan sumber pendapatan lainnya. Alfamart yang omset tiap gerainya diklaim Henryanto rata-rata mencapai Rp 8,5 juta/hari mendapat gross margin kurang-lebih 12%. Ada revenue tambahan Alfamart dari penyewaan gondola, lapak di teras depan toko, dan listing fee. Sayangnya, petinggi perusahaan ritel yang Januari 2009 lalu go public itu enggan membeberkan berapa nilai nominal income tambahannya.
Strategi serupa pun ditempuh Indomaret dengan menyewakan gondola atau lapaknya ke mitra bisnis. “Untuk listing fee, masih kami patok di bawah Rp.10 juta per item produk. “ ujar Lauren seraya mengklaim rata-rata omset gerai Indomaret (yang biasanya dikelola 8-10 karyawan)per hari mencapai Rp.9-10 juta.
Ke depan, kalangan pelaku bisnis minimarket tampaknya bertekad melipatgandakan bisnisnya, Indomaret misalnya ingin menjadi one stop shopping & service. “nanti kami juga akan mengembangkan konsep pengiriman uang person to person dengan memanfaatkan jaringan toko Indomaret,“ kata Lauren menyebut salah satu contoh program masa depan.
Rabu, 23 Februari 2011
USAHA ECERAN BISKUIT KHONG GUAN
USAHA ECERAN BISKUIT KHONG GUAN
Eceran adalah suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir. Pedagang eceran adalah mata rantai terakhir dalam penyaluran barang dari produsen sampai ke konsumen. Pedagang eceran sangat penting artinya bagi produsen karena melalui pengecer produsen memperoleh informasi berharga tentang barangnya.
Jensi, pengecer didaerah saya, cirimekar, cibinong berupa pedagang kaki lima. Pemasarannya langsung berjualan dipinggir jalan. Penyaluran eceran didapatkan dari agen-agen yang telah memberikan barang stock untuk para pedagang kaki lima tersebut.
Dengan adanya pedagang eceran, membuat para konsumen antusias untuk membeli atau sekedar melihat-lihat saja barang/produk tersebut, dikarenakan harga yang relative terjangkau oleh setiap kalangan dibandingkan dengan harga ditoko.
Strategi eceran strategi yang digunakan oleh para pedagang eceran untuk memasarkan barang ecerannya, yaitu mereka melakukan promosi dengan harga lebih murah karna adanya diskon (%). Dalam hal ini keuntungan dari hasil penjualan dibagi dua dengan Agen yang terkait karna strategi keuangan yang sudah ditetapkan sudah menjadi kesepakatan dari pengecer yang hanya menjual barang saja dengan para agen yang memasokan biscuit khong guan tersebut.
Umumnya, para pengecer didaerah saya berlokasi didekat agen penjual biscuit khong guan tersebut yang hanya bermodalkan stand/tenda-tenda saja.oleh karena itu para pedagang eceranpun berkeinginan untuk memajukan perdagangannya, para pedagang eceran juga memikirkan perencanaan untuk masa depannya dan berusaha untuk memiliki toko sendiri (situs lokasi).
Organisasi yang ada dipedagang eceran ini, ketika berdiri tentunya memiliki maksud (intention), salah satu dari pedagang kemudian membentuk manajemen sumber daya manusia untuk memanaj SDM yang ada dilingkungan organ isasi tersebut, contohnya memotivasi para pedagang, dan melatih keterampilan para pedagang agar mampu menjual produk atau memasarkan produk semaksimal mungkin kepada konsumen.
System informasinya biasanya dari mulut-kemulut atau menawarkan barang daganganya dari rumah ke rumah, Tujuan yang hendak dicapai dari setiap rantai suplai adalah untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara keseluruhan dari para pemasok, Rantai suplai yang terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh rantai suplai tersebut.
Hubungan yang dijalin oleh para pedagang kepada para pelanggan biscuit khong guan menurut saya cukup terjalin dengan baik,karna biasannya para pedagang memberikan pelayanan cukup baik selain harga yang relative terjangkau, para pedagang juga bisa berkomunikasi dengan sopan sehingga tidak menutup kemungkinan terjalin hubungan yang baik antara pedagang dan pelanggan.
Yang saya ketahui tentang pengelolaan barang dagang bisuit khong guan ini adalah dengan pembuatannya secara terpisah akan tetapi masih satu pengelola yaitu PT. Serena misalkan membuat bisuit coklat susu,astor,roma, dll.
Setelah biscuit kong guan telah siap dipasarkan biasanya produsennya merencanakan memasok produknya ke swalayan-swalayan seperti carrefur,makro,alfamart, indomart sampai ke agen-agen yang menjual produk-produk makanan.
Para pedagang eceran membeli barang daganganya dari agen-agen yang menjual berbagai jenis-jenis biscuit kong guan untuk dijual kembali, harga yang ditawarkan agen-agen biasanya berkisar dari Rp.7.000, Rp.9.000, Rp.12.000,18.000 sesuai dari jenis-jenis produknya, akan tetapi para pedagang eceran menjual kembali produk yang dibeli dari agen kepada konsumen berkisar Rp.7.500, Rp.9.500, Rp.12.500,18.500 jadi para pedagang eceran hanya mengambil untung Rp.500 Rupiah saja dari setiap produk yang dijualnya.
Peritel tidak selalu harus menggunakan media massa seperti dengan suara di radio, dengan tulisan dan gambar seperti di majalah dan koran, ataupun dengan media suara dan gambar seperti di televisi. Komunikasi dapat terjadi melalui gambaran visual, lay out maupun display produk di dalam toko.
Kalau bicara soal toko tentu tak akan melupakan etnis Tionghoa. Mereka selalu saja menemukan sudut terbaik di berbagai kawasan (mungkin di muka bumi ini) untuk mendirikan usaha toko. Uniknya selalu saja laku karena keberadaannya dibutuhkan. Pemiliknya pun hampir selalu muncul sebagai sosok dengan tingkat ekonomi lebih baik karena sukses mengelola toko.
Seorang visual merchandiser menciptakan jendela dan in-store display di toko-toko dan department store, mengambil tanggung jawab untuk 'tampilan' dari toko, dengan tujuan mempromosikan barang dalam rangka untuk memaksimalkan penjualan.
Menampilkan secara teratur diperbarui, dan tema dapat ditentukan oleh sejumlah faktor, termasuk musim tahun, acara tahunan seperti Hari Valentine, Paskah dan Natal, mode dan tren saat ini, dan penjualan dan promosi.
Para petugas pelayanan (pelayanan pelanggan) merupakan ujung tombak suatu usaha jasa pelayanan yang akan berhadapan langsung dengan pihak konsumen/pelanggan. Petugas pelayanan ini tidak hanya harus mampu bertindak sebagai komunikator atau mediator, tetapi sekaligus harus mampu menanamkan citra yang positif bagi perusahaan dan juga harus memiliki kemampuan membangun.